Misi Mempopulerkan JASP


Pandemi Covid-19 ini membawa banyak hikmah bagi saya. Saya jadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, dan jadi tahu betapa tidak mudahnya mengasuh anak sambal menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah. Di sisi lain saya jadi memiliki banyak waktu untuk eksplorasi belajar hal-hal yang sulit dilakukan ketika rutinitas di kampus seperti biasa. Salah satu project saya selama Work From Home ini adalah ngeblog dan bikin konten untuk Channel YouTube Semesta Psikometrika. Channel YouTube ini adalah pelengkap dari website www.semestapsikometrika.com, untuk menfasilitasi orang-orang yang lebih suka melihat video tutorial dibanding membaca artikel. Selain itu Channel ini juga saya gunakan untuk kuliah, jadi sekalian lah.

Salah satu konten yang sedang coba saya populerkan adalah mengenalkan JASP kepada masyarakat luas. JASP adalah software analisis statistik yang gratis, mudah digunakan, dan lengkap. Software dikembangkan oleh ilmuwan dari University of Amsterdam dan mendapat sokongan dana yang cukup besar dari European Research Council (ERC). Selain gratis, banyak kelebihan software ini dibanding software lainnya. Ini adalah uraian singkat kelebihan JASP dibandingkan SPSS atau software analisis lainnya.

  1. Gratis - pengguna tidak perlu membeli lisensi untuk bisa menggunakannya. JASP ini gratis digunakan oleh siapa saja untuk kepentingan apa saja
  2. Simpel tapi powerful - tampilan JASP ini simpel, jauh lebih simpel dibanding SPSS. Tapi JASP mampu melakukan analisis yang lengkap, dan bisa mengeluarkan output yang lebih kompleks jika dibutuhkan
  3. Output tabel standar APA - jika tabel SPSS bentuknya kotak-kotak dan masih perlu diedit lagi kalau mau ditaruh di naskah publikasi, output tabel JASP sudah sesuai standar APA. Jadi tinggal copy paste saja beres
  4. Mudah digunakan - kalau ini pembanding yang tepat adalah R. R memang bisa menyajikan analisis yang lengkap, tapi pengguna harus bisa bahasa coding. JASP tidak perlu bisa coding, cukup klik and drag seperti SPSS
  5. Analisis dan output lengkap - bahkan lebih lengkap dari SPSS. MIsalnya, di JASP kita bisa melakukan analisis faktor konfirmatori (CFA), sementara kalau di SPSS analisis ini belum bisa dilakukan.
  6. Mudah direproduksi - kalau SPSS antara output dan input menghasilkan windows yang berbeda dan file yang berbeda. Masalahnya kadang kita lupa, untuk menghasilkan output tersebut, menu apa saja yang di klik. Selain itu, tidak semua orang punya lisensi SPSS, jadi kalau kita mau mengirim file SPSS ke orang lain, belum tentu bisa dibaca. Di JASP, antara input dan output jadi satu kesatuan, sehingga langkah yang dilakukan untuk menghasilkan output tersebut terekam
  7. Analisis Bayesian - ini juga tidak bisa dilakukan SPSS. Di JASP, kita tidak hanya bisa melakukan analisis dari pendekatan frequentist, namun juga dari pendekatan Bayesian
  8. Responsif terhadap permintaan - ini juga tidak dimiliki SPSS yang ekslusif. JASP itu inklusif, milik publik. Jadi publik boleh usul mau ditambah apa software ini. Usul bisa disampaikan melalui website, blog, atau GitHub dan akan direspon oleh team JASP jika dirasa baik untuk ditambahkan.
Kenapa saya mau mempopulerkan software ini? Saya tidak dibayar oleh team JASP, tapi sebagai pengguna yang sudah diijinkan memakainya secara gratis, saya merasa software ini perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. Salah satu yang membuat software ini berkembang adalah, ya ada yang pakai. Secanggih apapun softwarenya kalau ga ada yang pakai, ya akan mati. JASP juga berkembang berkat feedback dari penggunanya. Team JASP sangat responsive terhadap pengguna, jadi kalau ada request dari pengguna untuk menambah fitur baru, mereka akan mengakomodasi, asalkan memang itu penting untuk dilakukan.

Selain itu misi utama saya mempopulerkan JASP adalah ini adalah software legal yang mudah digunakan, lebih mudah dari SPSS malahan. Seiring meningkatnya kesadaran akan hak cipta, kita tidak tahu sampai kapan kita bisa menggunakan SPSS bajakan. Apalagi kalau untuk digunakan ke luar negeri atau untuk publikasi internasional. Dalam agama apapun kita juga diajarkan untuk menghargai hasil karya orang lain. Kalau pengembang SPSS menciptakan SPSS untuk dijual, sementara kita menggunakannya tanpa membeli, entah ilmu kita berkah atau tidak. Makanya, yang akadnya sudah jelas adalah memakai JASP. Meskipun gratis, pengembang JASP justru akan sangat senang kalau banyak orang yang menggunakannya.

Yang saya suka dari JASP ini adalah semangat gotong-royongnya. Mereka punya team software developer yang mengembangkan softwarenya. Kita sebagai pengguna juga bisa berkontribusi banyak, misalkan dengan membuat manual atau tutorial untuk menggunakan software analisis ini. Kenyataannya manual yang dibuat, Sebagian besar justru dibuat oleh orang-orang di luar team JASP. Manual dan tutorial dibuat dalam berbagai bahasa dan dibuat dalam website resmi JASP. Kolaborasi antar ilmuwan ini yang membuat ilmu pengetahuan berkembang secara inklusif, tidak eksklusif. Semua bisa berkontribusi dan semua bisa mengoreksi kesalahan koleganya.

Hari ini saya diajak menjadi pembicara di Webinar yang diselenggarakan Anuradha Academy, isinya tentang pengenalan JASP. Antusiasnya cukup baik, ada 147 orang yang hadir. Semoga 147 orang ini bisa jadi penggerak di komunitasnya masing-masing. Jadi bagi kalian yang ingin tahu mengenai JASP, buka website resmi JASP (https://jasp-stats.org/jasp-materials/), di situ ada banyak sekali materi tentang JASP dan cara menggunakannya. Selain itu kalau kalian lebih suka yang berbahsa Indonesia, kalian bisa subscribe channel YouTube Semesta Psikometrika, di situ ada banyak video tutorial analisis menggunakan JASP. Kalau merasa informasi mengenai JASP bermanfaat, sebarkan dan ajak orang-orang yang kalian kenal untuk bermigrasi, dari SPSS ke JASP.

Mahasiswa PhD di ELTE, Hungaria. Dosen Psikologi di UMM, Indonesia.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Comments


EmoticonEmoticon